Senin, 24 Oktober 2011

Tugas Ilmu Sosial Dasar 2

Demo Anarkis, Masyarakat Telantar

MAKASSAR -- Aksi demonstrasi memperingati Hari Antikorupsi se-dunia di Kota Makassar, Kamis, 9 Desember, ternoda. Ulah anarkis demonstran dari berbagai perguruan tinggi menyebabkan masyarakat terkena imbasnya.

Para demonstran yang melakukan aksinya sembari menutup jalan, sangat menyengsarakan masyarakat. Selama tujuh jam, sejak pukul 11.30 hingga 18.30 Wita, masyarakat telantar di jalan. Ini dipicu penutupan jalan serta bentrok di depan kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI) Jalan Urip Sumoharjo.

Pantauan FAJAR, imbas bentrokan itu menyebabkan kemacetan total di sepanjang Jalan Urip Sumoharjo, Perintis Kemerdekaan, Racing Centre, Abdullah Daeng Sirua, Batua Raya, dan Jalan Adhyaksa. Arus kendaraan mulai normal sekira pukul 19.00 Wita.

Kemacetan total itu memaksa sejumlah penumpang angkutan kota (petepete) terpaksa berjalan kaki beberapa kilometer. Malah, ada seorang pria tua terpaksa berjalan kaki dari Jalan Antang Raya ke Urip Sumoharjo, lantaran sulitnya kendaraan melintas.

Sejumlah warga mengeluhkan aksi mahasiswa yang anarkis saat berdemo. Pasalnya, aktivitas masyarakat menjadi terganggu. Ada beberapa orang tua yang kesulitan menjemput anaknya pulang sekolah, lantaran jalan diblokade.

"Mestinya berdemo dengan dewasa. Tidak perlu sampai menutup jalan karena yang dirugikan masyarakat," keluh Muhlis, warga Tamalanrea.

Wajar saja jika masyarakat mengeluh. Betapa tidak, mereka tertahan berjam-jam di jalan. Para sopir angkutan kota pun mengeluh lantaran pendapatan berkurang dengan aksi mahasiswa menutup jalan dan anarkis saat berdemo.

Seorang warga lainnya, Isma, mengaku terpaksa harus menunggu hingga malam untuk pulang ke rumahnya dari tempat kerja karena tidak ada angkutan kota bisa menembus jalur ke Antang. "Aksi mahasiswa ini sangat merugikan," kecamnya.

Buntut kekesalan warga atas ulah demonstran itu, terlihat dengan adanya sejumlah warga melempari mahasiswa di depan Kantor Gubernur Sulsel. Bahkan, mahasiswa yang ditangkap polisi ikut dipukuli warga lantaran kesal atas ulahnya itu.

Ulah anarkis demonstran juga ditunjukkan ketika memperlihatkan badik yang dipegangnya kepada polisi. Selain itu, demonstran juga naik ke atap mobil sembari meloncat sehingga membuat pemilik kendaraan kesal.

Diwarnai Bentrok

Awalnya, aksi demonstrasi mahasiswa memperingati Hari Antikorupsi se-dunia berjalan lancar. Mahasiswa hanya memblokir separuh badan jalan di depan Kampus Universitas 45, Universitas Negeri Makassar, Universitas Muslim Indonesia, dan beberapa kampus lainnya.

Begitu juga ketika aksi demonstrasi berlangsung di Gedung DPRD Sulsel, Kejati Sulsel, Kejari Makassar, dan fly over, tidak ada masalah berarti. Namun, bentrokan mulai terjadi ketika mahasiswa dari UMI, Universitas 45, Universitas Muhammadiyah (Unismuh), dan Universitas Indonesia Timur (UIT) bermaksud masuk ke dalam kantor Gubernur Sulsel, siang kemarin.

Para demonstran memaksa bertemu gubernur. Namun, saat bersamaan Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo berada di Medan untuk kegiatan dinas. Bentrokan pun pecah. Polisi terpaksa mengeluarkan beberapa kali tembakan menggunakan peluru hampa dan karet.

Dua mobil water canon ikut dikerahkan menghalau demonstran. Namun, tembakan gas air mata justru semakin membuat mahasiswa kalap dan melempari polisi menggunakan batu dan kayu.

Dalam bentrokan ini, sebanyak 23 mahasiswa terluka kena tembak. Satu korban lainnya adalah siswi SMP. Sedangkan dari polisi yang menjadi korban satu orang. Para korban dirawat di RS Ibnu Sina dan beberapa rumah sakit lainnya di Makassar.

Mereka yang terluka dari Universitas Muslim Indonesia masing-masing; Aditya (Fakultas Hukum), Fitriani (FKM), Syafri (FH), Herman (FH), Maman Abdurrahman (FH), Umra Syamsuddin (FIK), Muhammad Irwan (FH), Randi Febrianto (FH), Muhammad Fadly (FKM), Muhammad Nur Hasan (FH), Muhammad Fajrin (pascasarjana), Hadi N Aras (FH), Arimarno (FIK), Andi Tiar (FT) dan Aftiar Adiwali (FE). Korban lain adalah Ramadhani dari UIN Alauddin, serta Ashar, Herman, Zaenal, Arsyad, Ahsin, dan Ari yang kesemuanya dari Unismuh.

Umumnya korban luka terkena tembakan di bagian dada, leher, kepala, mata, dan tangan.
Sementara siswi yang menjadi korban adalah Pratidina Fatmawati dari SMPN 18. Dari korps baju cokelat yang juga harus menjalani perawatan intensif setelah dikeroyok mahasiswa adalah Briptu Drajat, anggota Samapta Polda Sulsel.

Selain itu, seorang polisi bernama Ajun Inspektur Polisi Satu Maryoto dari Satuan Lalu Lintas Polres Pelabuhan Makassar, sempat disandera mahasiswa selama satu jam. Pakaian Maryoto dilucuti. Saat bentrokan terjadi, Maryoto melintas di depan Kampus UMI menggunakan motor.

Salah seorang demonstran, Muhammad Nur alias Nino menyatakan, pihaknya sebenarnya tidak ada maksud berbuat anarkis. "Namun, ketika kita sedang negosiasi tiba-tiba polisi menembak. Tujuan kami kan hanya ingin bertemu gubernur meminta perhatiannya terhadap kasus korupsi," katanya.

Wakil Dekan II Fakultas Hukum UMI, Dahran, sangat menyayangkan sikap polisi. "Harusnya tidak perlu terjadi seperti ini. Polisi mestinya sudah mengantisipasi agar tak ada korban," sesalnya.

Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Makassar, Abdul Muttalib, mengecam penyerangan dan tindakan kekerasan terhadap mahasiswa yang dilakukan polisi. Menurut dia, aksi mahasiswa memperingati Hari Antikorupsi merupakan bentuk apresiasi yang mesti didukung, dilindungi, dan diapresiasi.

Sementara itu, Ketua PBHI Sulsel, Wahidin Kamase di redaksi harian FAJAR malam tadi, mengecam tindakan represif kepolisian dalam menangani aksi demonstrasi.

Sementara itu, malam tadi, bertempat di ruangan kerja Sekprov Sulsel, Andi Muallim, digelar pertemuan antara Kapolda Sulsel, Irjen Pol Johny Wainal Usman dengan Rektor UMI, Prof Masrurah Mochtar. Inti pertemuan menyelesaikan kasus bentrokan dan mencegah terulangnya kasus serupa. (ram-rhd)

lintasberita.com

Berdemo adalah biasa,tapi jangan anarkis membuat masyarakat sensara,Sebenarnya semuanya bisa aman jika saja Polisi dan Mahasiswa berpikir dewasa. Mahasiswa harus tertib dan inilah tugasnya polisi nego sama mahasiswa dan pemerintah, bukan langsung bertindak dll. Jadi penegak hukum lebih dewasa daripada masyarakat dlm bentuk kesejahteraan masyarakat.

polisi dan mahasiswa harus bisa berfikir lebih dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar